GlestRadio.com, Tangerang - Angka gizi buruk bagi anak berusia di bawah lima tahun di Kabupaten Tangerang terhitung tinggi. Di Kecamatan Teluknaga dan Kosambi, dua dari 29 kecamatan yang terletak di pesisir pantai utara ini, tercatat ada 300 penderita gizi buruk.
"Kami tidak memungkiri masih banyaknya balita yang menderita gizi buruk. Karena itu adanya bantuan dari siapa pun sangat kami harapkan," kata Camat Teluk Naga, Mulyadi, saat menerima penyerahan bantuan nutrisi dari PT Angkasa Pura II, Kamis, 2 Juni 2011.
"Kami tidak memungkiri masih banyaknya balita yang menderita gizi buruk. Karena itu adanya bantuan dari siapa pun sangat kami harapkan," kata Camat Teluk Naga, Mulyadi, saat menerima penyerahan bantuan nutrisi dari PT Angkasa Pura II, Kamis, 2 Juni 2011.
Menurut Mulyadi, faktor ekonomi rendah menjadi penyebab utama tingginya angka balita bergizi buruk. "Oleh karena itu kami terus berupaya meningkatkan taraf ekonomi mereka melalui pembukaan kawasan industri,"ujarnya.
Pada kesempatan itu, manajemen PT Angkasa Pura II menyerahkan 900 paket nutrisi untuk 300 balita penderita gizi buruk selama tiga bulan. Direktur Keuangan PT Angkasa Pura II, Laurensius Manurung, mengatakan bantuan itu merupakan bagian dari program pemberdayaan masyarakat atau bina lingkungan yang rutin dilakukan perseroan. "Kami sadar lingkungan sekitar Bandara Soekarno-Hatta masih memerlukan bantuan," kata Laurensius.
Sejak 2002 hingga 2010, PT Angkasa Pura II telah menyalurkan bantuan untuk program bina lingkungan di wilayah Provinsi Banten, termasuk Kota dan Kabupaten Tangerang, senilai Rp 14,2 miliar dari total Rp 46,3 miliar.
Selain itu, kata Laurensius, sejak 1991 hingga 2010 pihaknya telah menyalurkan program kemitraan untuk memberdayakan ekonomi masyarakat kepada pelaku UMKM sebesar Rp 185,6 miliar (13.071 mitra binaan).
Sebanyak 3.045 mitra binaan, dengan nilai Rp 33,4 miliar di antaranya berada di Kota dan Kabupaten Tangerang.
Sri Rahayu, 45 tahun, warga Teluk Naga, mengaku senang dengan bantuan nutrisi. "Selama ini ada bantuan dari puskesmas dua kardus susu untuk tiap bulan," katanya.
Arif Wibawa (5), anak Sri, hanya memiliki bobot 9,5 kg, jauh di bawah batas normal. Suaminya pengangguran. Sedang Sri hanya buruh pabrik dengan gaji Rp 200 ribu per minggu. "Kami makan seadanya," kata Sri.
AYU CIPTA
0 komentar:
Posting Komentar